Sebuah aliran baru karate telah lahir di Amerika Serikat. Unik dan langka karena diciptakan oleh seorang master karate yang sudah bermukim di negara lain yang bukan Jepang dan diakui dunia. Setelah hampir 50 tahun tanpa kenal lelah mengenalkan, mengembangkan, dan membentuk sebuah masyarakat karate baru, Takayuki Kubota berhasil menggoreskan namanya dengan tinta emas dalam sejarah beladiri internasional. Ia menciptakan aliran yang terbukti praktis serta dapat diterapkan di berbagai kalangan dari mulai kepolisian, militer, agen rahasia, pasukan pengaman, masyarakat biasa, kaum terpelajar, dan sebagainya. Aliran itu dinamakan Gosoku-Ryu, yang artinya cepat dan keras, yang langsung disebarkannya sendiri dari mulai tahun 1958, hingga sekarang.

Takayuki (Tak) Kubota mulai dikenal luas ketika tahun 1964 ia memperagakan karate dan olah senjata samurai serta tongkat pendek lengkap dengan pemecahan benda-benda keras dalam turnamen Karate Internasional di California. Walaupun kala itu publik Amerika Serikat sudah mengenal karate sebagai beladiri tangan kosong yang ampuh dari Gichin Funakoshi, sang pendiri aliran Shotokan, namun penampilan Tak Kubota sangat memukau. Ia menampilkan aspek kecepatan dan kekerasan karate yang dilengkapi dengan berbagai aplikasi senjata, teknik-teknik meringkus serta meredam serangan lawan. Di antara penonton terdapat seorang perwira polisi Los Angeles yang sangat tertarik pada kemampuan Kubota. Dari pertemuan tersebut kemudian Kubota ditugasi melatih anggota kepolisian metropolitan Los Angeles dalam teknik-teknik pertarungan, melumpuhkan, dan penggunaan tongkat Kubota, yaitu tongkat pendek seperti tonfa yang bisa diputar-putar merupakan kelengkapan khas polisi-polisi Amerika. Tongkat atau pentungan tersebut menjadi senjata standar polisi hingga sekarang. Ada lagi penemuan Kubota yaitu senjata seperti nunchaku tapi sebelah lagi adalah gantungan kunci. Praktis untuk digunakan sebagai pembelaan diri.

Setelah berkarya selama beberapa tahun, Kubota dinilai berhasil mengajarkan teknik praktis andalan tapi tidak membahayakan. Sebelum itu, para polisi yang harus menangkap para pelanggar hukum sering mendapat kesulitan karena sulit mengendalikan penerapan teknik beladirinya. Kalau tidak karena dituntu pihak jaksa wilayah karena banyak tersangka menjadi cedera seumur hidup atau tewas, polisi sering kehilangan tawanan yang lolos dari sergapan karena teknik peringkusan yang lemah. Atau lebih buruk lagi adalah banyaknya jumlah anggota polisi yang cedera atau gugur dalam tugas.

Ketenaran Kubota bertambah ketika di tahun 70-an ia terjun ke dunia film di Hollywood memerankan tokoh laga di antaranya dalam film Killer Elite (1975), Gung Ho (1986), Rising Sun (1993). Di layar televisi, wajah Kubota dikenal luas karena kemunculannya dalam serial televisi Baa Baa Black Sheep, Operation Pattycoat, dan masih banyak lagi—sekitar 300-an judul film layar lebar dan televisi ia bintangi. Film terakhir yang tercatat adalah dalam film Anna and The King. Prestasi lain yang tercatat adalah ketika soke Takayuki Kubota berhasil membawa 30 orang murid terbaiknya untuk bertanding melawan karateka Jepang di Tokyo pada tahun 1998. Peristiwa ini menunjukkan dua sistem pendidikan, tradisional Jepang dan kreasi baru Amerika, dapat bertemu dalam satu forum pertandingan karena akar beladiri yang sama, karate.

Terlatih Hidup Sangat Keras
Takayuki Kubota lahir sekitar tahun 1930 di Kumamoto, Jepang. Sejak usia 4 tahun sudah diberi dasar-dasar teknik judo oleh Denjiro Kubota, ayah kandungnya yang merupakan seorang praktisi kendo, jiujitsu, dan judo yang ternama di daerahnya. Setahun kemudian, Takayuki Kubota belajar Tote Okinawa dari sensei Tokunaga dan sensei Tarada, dua orang tentara yang bermukim di Kumamoto. Pelajarannya sangat klasik, hanya memukul (tsuki) dan tendangan (keri). Tidak diajarkan kata atau rangkaian jurus. Walaupun klasik, Takayuki Kubota sangat patuh dan rajin. Ia dilatih sangat keras setiap hari selama dua tahun, hasilnya adalah kuda-kuda dan otot-otot Takayuki Kubota menjadi sangat kuat. Pada waktu luang di rumahpun ia terus berlatih hingga ibunya sangat khawatir akan kesehatan anaknya. Meningkat usia sepuluh tahun, Takayuki Kubota sudah mahir dalam olah nafas dan meditasi yang memperkuat tubuhnya. Sering ia pergi tengah malam menuju hutan atau pegunungan untuk melakukan meditasi hingga keesokan harinya. [bersambung]

(Sumber: Majalah Seni Beladiri DUEL No. 11/ Tahun I/ Agustus 2001)