Dalam pertandingan, wasit dan juri adalah penilai permainan atlet di lapangan. Meski kadang menimbulkan kontroversi, wasit dan juri merupakan aktor-aktor utama yang menilai terhadap kontestasi para atlet dari sejumlah kriteria yang menjadi patokan dalam pertandingan. Bagus tidaknya sebuah kejuaraan diselenggarakan, faktor wasit dan juri dalam memimpin pertandingan turut serta menjadi penentu terhadap kualitas kejuaraan itu sendiri. Semakin baik wasit dan juri memberikan penilaian dalam kerangka aturan yang tersedia, semakin berhasillah kejuaraan itu diselenggarakan.
Dengan demikian, peran dari subjektivitas mereka dalam memberikan
penilaian kepada peserta atau atlet menjadi perlu diperhatikan. Faktor
pengetahuan, daya kuasa, pengalaman, juga keterampilan dalam memimpin
pertandingan menjadi sangat penting dan tidak diabaikan. Kita sebagai
penonton atau menejer tentu saja sah mengungkapkan kekecewaan (melalui
cara yang sah dan benar) manakala ada sejumlah kejanggalan dalam
pertandingan dan terabaikan oleh wasit dan juri. Namun, tentu saja hanya
wasit dan juri yang paling berhak menentukan, dan dalam hal seperti ini
wasit dan juri yang berkapabilitas memadailah yang berhak memimpin
pertandingan.
Tingginya subjektivitas seorang wasit dan juri karate mengharuskan
mereka untuk selalu mendapatkan pengarahan dan juga penyegaran
pengetahuan. Tommy Morris sebagai mantan Ketua Dewan Wasit World Karate
Federation (WKF), mengungkapkan bahwa penilaian yang baik dengan dasar
subjektivitas wasit dan juri itu tergantung dari pengetahuan dan
pengalaman. Proses pembuatan keputusan bisa saja merugikan dan ini sebab
dari adanya situasi tekanan, kelelahan, dan juga kurangnya konsentrasi.
Namun menurut Tommy Morris, bahwa tekanan, kelelahan juga kurangnya
konsentrasi akan bisa teratasi oleh pengetahuan dan pengalaman yang
memadai. Sebab patokan wasit dan juri adalah objektivitas lapangan yang
didasari kemampuan, patokan nilai, dan pengalamannya tentu saja.
*Rjpntr
Posting Komentar