Apa kriteria untuk menentukan teknik itu layak diberi nilai/ poin?
Keseluruhan sebuah teknik harus mencakup keenam kriteria itu, yakni bentuk yang baik tidak melenceng dari esensi gerak dasar tradisional, sikap sportif yang ditunjukkan, menampilkan semangat yang tinggi, penuh kesadaran (zanshin), penempatan gerakan di waktu yang tepat, dan jarak yang benar.
Daerah mana saja yang boleh kita serang?
Ada tujuh area yang boleh kita serang, dan harus dengan kontrol yang baik yakni kepala, muka, leher, dada, perut, punggung, dan sisi.
Dalam peraturan baru karate WKF, Tingkat penilaian untuk mendapatkan poin itu sendiri dibagi tiga yaitu Ippon (3 angka), Waza Ari (2 angka), dan Yuko (1 angka). Nilai Ippon akan diberikan untuk teknik seperti tendangan jodan (atas) yang termasuk mawashi geri, gyaku mikazuki geri, mae ushiro geri, dan atau semua teknik yang bernilai dilakukan setelah lawan dibanting/ dilempar atau jatuh sendiri. Untuk bernilai ippon ini, wasit memberikan waktu selama dua detik bagi kita untuk mengeksekusi gerakan. Apabila tidak memenuhi syarat itu, dianggap tidak ada poin yang masuk atau torimasen.
Kemudian, teknik apa saja yang akan memberikan nilai Waza Ari (dua poin)?
Semua tendangan chudan. Bisa ke punggung, bisa ke dada, bisa ke perut, ke pinggir atau samping, dan situasi tertentu (untuk hal ini dalam penjelasan berikutnya).
Bagaimana dengan nilai Yuko?
Teknik chudan dan jodan tsuki, serta uchi bisa menghasilkan poin satu asal penempatannya tepat di tujuh area poin seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Untuk memahami secara lebih jelas, berikut saya perlihatkan gambar gestur seorang wasit dan juri ketika memberikan nilai. (Bersambung)
*Rjpntr
Oss ,saya ingin meminta pendapat sensei mohon waktu luang nya sebentar , Begini saya karateka berumur 21 tahun ,saya mengalami sedikit problem ,selama ini saya berlatih di dojo biasa dan dalam prestasi saya dalam karate tidaklah begitu memmbanggakan . akhir2 ini mulai bepikir untuk tidak aktif lagi dalam kejuaraan karate dikarenakan saya sadar gaya hidup saya yang tidak cocok dengan olahraga yg ditekuni,mislnya saya tdk bisa lepas dari yg namanya rokok/minuman keras /penyakit insomnia yg bikin saya slalu kurang tidur , + lagi orangtua tidak mendukung kegiatan saya dalam karate dan lebih menyuruh sya focus pada kuliah dan tempat syaa berlatih tidak menuju kea rah prestasi hanya latihan karate biasa ,
BalasHapusjika saya jadi mengambil DAN maka sya bakal ga aktif lagi dlm kejuaraan karena sangat berat rasanya membawa predikat sabuk hitam ke prtandingan jika andai kata kalah sangatlah memalukan ,memang banyak seusia saya sudah sabuk hitam tapi level mereka memang sudah bisa dbilang pro/nasional dan dilatih dlm pembinaan atlit ,,sementara saya masih sebatas kejurda dan dilemanya saya dan teman dekat saya ( sudah tingkat nasional )akan membuka dojo tapi saya pun takut dan malu jika saya menjadi sabuk hitam tapi prestasi tidak seberapa,
bagaimana jika ada murid yang bertanya ‘ apa saja prestasi senpai ??? masa saya hanya bisa bilang juara … di kejurda bahkan untuk porprov saja saya belum pernah , satu sisi ingin terus ingin ikut dalam kejuaraan tapi meliat gaya hidup rasanya tidak terkejar untuk menajdi seoarang atlit yang berprstasi ditambah lagi ingin focus ke prestasi tapi tempat syaa berlatih di dojo biasa yang tiap latihan Cuma maju gidan barai kiaaai ,bukan seperti teman2 lain yang bisa masuk pembinaan atlit ,
itulah yg bikin saya bingung ,mau ngambil DAN tapi prestatasi belum ada , ingin terus mengikuti kejuaraan tapi saya juga sadar akan gaya hidup dan program latihan saya yg tidak menuju kea rah prestasi yang menyulitkan saya dalam persaingan karena di umur saya ini bukan lah kelas2 pemula lagi
terimakasih banyk atas waktu nya , saya malu jika bertanya hal ini dengan guru saya karena malu oleh karena itu saya hanya bisa bertanya melalui dunia maya dengan sensei ,, mohon dengan sangat masukan dari sensei , ossshhhhhhh
@ Anonim.
BalasHapusOsh. terima kasih atas pertanyaannya. jawaban ini juga bukan yang terbaik.
pertama, kita patut bertanya apa tujuan kita masuk karate. untuk menjadi juara di kejuaraan? menjadi sabuk hitam? untuk sekedar jaga gengsi di mata orang lain?
apabila pertanyaan itu sudah dijawab dengan nurani kita, lanjut ke hal kedua.
kedua, karate tidak bertujuan untuk SEKEDAR, dan SEADANYA. sekedar latihan. sekedar memperbanyak teman. seadanya latihan. seadanya mengejar prestasi.
betul bahwa kita sebagai karateka dituntut (baca:oleh siapa?) berprestasi dengan segudang piala dan medali. tetapi apakah cukup?
bagi saya (pribadi, dan mungkin BERBEDA) karate tidak SEKEDAR dan SEADANYA. latihan karate lebih dari sekedar membentuk karakter, tapi karakter itu sendiri.
coba perhatikan sumpah karate kita. dari lima (5) butir sumpah karate, hanya satu yang berkaitan dengan prestasi, bunyi ketiga:SANGGUP MEMPERTINGGI PRESTASI..tapi 4 bunyi lainnya lebih kepada inner character, kepada kepribadian, nilai seseorang yang harus dijunjung tinggi...SANGGUP MEMELIHARA kepribadian | SANGGUP PATUH PADA KEJUJURAN | SANGGUP MENJAGA SOPAN SANTUN | SANGGUP MENGUASAI DIRI...bayangkan kalau kita sedikit demi sedikit MEMPRAKTEKKAN nilai2 itu, maka tidak ada lagi ke-was2-an karena kita BELUM NAIK DAN, malu. tidak berprestasi di tingkat nasional keder buka dojo..bayangkan, karate adalah wahana kita untuk melakukan Mushin No Kokoro (Membuka Pikiran Kita untuk pengetahuan [baca: pengalaman] Seluas2nya), maka perasaan ketidakminderan itu sedikit bisa dikurangi...tetapi saya mengapresiasi perasaan Sahabat Anonim (apa namanya Andreas) di atas, bahwa dengan menyadari kekurangan merasa kurang, tetapi mau share dan bertanya. itu karakter seorang bushido, yang selalu merasa kurang untuk pengetahuan tetapi tidak malu untuk bertanya dan mencari jawaban..
SEKARANG...
perbaiki yang dirasa kurang (perokok, peminum, dll), dan charge rasa gak confidence itu dengan sikap MAU BELAJAR...niscaya bisa SEDIKIT teratasi..terima kasih..semoga KURANG PUAS dan mau berdiskusi terus..
osh ,terimaksih banyak ats jawaban sensei yg sangat menyegarkan pikiran saya ,
BalasHapusmungkin dr awal karate tentu ingin sekali menjadi juara2 di berbagai kejuaraan karena sepertinya seorang karate tanpa sebuah gelar sering dianggap sebelah mata bhakan saya sendiri pun sinis meliat seorang yg ikut karate hanya latihan saja tapi tak pernah mengikuti kejuarran /prestasi belum apa2 , karena itu saya selalu mengejar prestasi tapi hanya mentok pada gelar2 pad kejurda saja ,
skitar 2 bulan lalu saat2 santai bersama seorang senpai berkata ,klo yg dsebut seorang karateka itu adalah Black Belt hal itu yg yg membuat hati saya sedikit tergugah untuk segera mengambil Dan yg ,tapi apa saya pantas menyandang sabuk hitam sementara prestasi tidak apa2nya ??semntara yg lain blum DAN prestasinya sudah kemana2 ,saya juga tak mau menjadi omongan orang lain/karteka lainnya
"sabuk hitam asal2n tu anak "
saya pun sinis pa masih bisa mengejar prestasi terus , jujur rokok dan minum baru terpengaruh saat kuliah ini saja ,dulu waktu sma saya masih djalan yg baik ,dlu saja saya susah mencari gelar apalagi sekarang jika tulah menjadi saya bingung ...
Betul sekali ,setiap kali saya latihan selalu saya membaca sumpah tapi saat membaca ini baru saya sadar selama ini hanya menjalani butir ke 3 tapi yg lain tidak apalagi sumpah yg pertama ....
terimaksih atas bantuan jawaban sensei semoga berguna untuk saya ,maaf karena merepotkan ,
sekali lagi terimaksih , osh .....
sensei gimana yaa cara melatih kelenturan kaki, soalnya saya udah umur 16 tahun jadi susah buat split,,, mohon petunjuk .. ^^
BalasHapus@ Anonim.
Hapuskalo untuk split, harus bertahap. jangan sampe justru bikin keseleo.
buat kumite, sebenarnya gak ada tips. yang penting latihan dulu. urusan berat badan, umur, atau masalah lainnya jangan jadi soal dulu.
sekarang yang penting latihan dlu.
lakukan aja latihan dulu...
Oss, untuk sensei, saya ingin bertanya. Saya karateka baru, tetapi ingin serius belajar di kumite. Tapi, berat badan saya kurang ideal (kurang berat badan) untuk seumuran saya. Sebagai informasi, umur saya 19 tahun dan berat saya kurang dari 50 kg. Yang ingin saya tanyakan, apakah bisa, saya masuk ke kelas kumite dengan berat saya ini. Kalau tidak bisa, bagaimana menyikapinya, agar saya bisa masuk?
BalasHapus@ Anonim.
BalasHapuskalo untuk split, harus bertahap. jangan sampe justru bikin keseleo.
buat kumite, sebenarnya gak ada tips. yang penting latihan dulu. urusan berat badan, umur, atau masalah lainnya jangan jadi soal dulu.
sekarang yang penting latihan dlu.
lakukan aja latihan dulu...
osh, mau nanya sensei, apakah betul ada aturan yg tidak tertulis dimana seseorang katateka yg sudah non aktif, katakanlah lebih dari 1-2 tahun dgn sabuk terakhir biru, maka jikalau dia ingin aktif latihan lagi harus memakai sabuk putih dahulu sampai dengan senpainya menilai/mngijinkan ybs layak utk memakai sabuk birunya kembali?
BalasHapus@ Anonim30 Oktober 2013 18.28 = Mungkin ada sensei yang meminta itu. Kita pun (sebagai sabuk biru itu) tak masalah untuk kembali ke sabuk putih sampe sensei itu mengizinkan memakai sabuk biru lagi. Memang tidak ada aturan tertulis, tapi etika-nya, kita sendiri yang introspeksi. Sebab 1-2 tahun waktu yang lumayan lama kalo tanpa latihan sendiri.Tapi kalo pun memakai sabuk biru langsung juga tidak masalah, selama memang kita bisa mempertanggungjawabkan secara teknik. semoga membantu...
Hapusosh , nma saya cheva , saya berusia 13 tahun ,berasal dari cabang amura .
BalasHapussaya ingin sekali mengetaui cra2 memasukkan poin pada saat komite , karena , setiap saya komite selalu kalah , saya mohon , beritau saya , cra2 memasukkan poin , lebih cepat dan benar ..
terima kasih , osh
@ Anonim14 Januari 2014 19.31 = Prinsipnya "Lawan nyerang saya dapat poin, Saya nyerang saya dapat poin". Bisa lagi tanya ke sensei di tempat latihan tentang prinsip Go no Sen, Sen no Sen, dan lainnya. Praktisnya, pikiran, badan, hati, dan teknik kita satu. Tentu latihan jadi faktor utama. Tapi mental penting. Kalo saran teknik, silakan latihan dan tiru atlet2 kumite dunia, semacam Rafael Aghayev, Junior Levefre, Alex Biamonti, Raphael Vasquez, Alex Dubo, Christope Pinna, dll. Amati di video, praktekkan, tanya ke sensei di dojo, cari latih tanding, cari video2, dan juga latihan di mana banyak atlet kumite yg langganan juara (suasana kita akan terbawa dengan mereka)..terimakasih
HapusSalam karate Osh...
BalasHapusSaya mau melakukan penelitian tentang tendangan khususnya Mawahi Geri pada Usia 14-17 tahun, jadi saya bingung untuk menentukan kriteria penilaianya, ada gk cara, acuannya untuk tendangan tersebbut?
trima kasi Osh....
Ato bisa juga baca di buku karangan Emeric Arus Biomechanics of Human Motion Applications in The Martial Arts, terbitan tahun 2012..
Hapus@ Wan drizal = saya pernah baca skripsi yang ditulis mahasiswa UPI (FPOK) tentang materi mae geri. silakan bisa baca lebih lengkap di skrispi itu dan bisa kunjungi website UPI Bandung..
Hapus@ Wan drizal = saya pernah baca skripsi yang ditulis mahasiswa UPI (FPOK) tentang materi mae geri. silakan bisa baca lebih lengkap di skrispi itu dan bisa kunjungi website UPI Bandung..
BalasHapus@ Anonim14 Januari 2014 19.31 = Prinsipnya "Lawan nyerang saya dapat poin, Saya nyerang saya dapat poin". Bisa lagi tanya ke sensei di tempat latihan tentang prinsip Go no Sen, Sen no Sen, dan lainnya. Praktisnya, pikiran, badan, hati, dan teknik kita satu. Tentu latihan jadi faktor utama. Tapi mental penting. Kalo saran teknik, silakan latihan dan tiru atlet2 kumite dunia, semacam Rafael Aghayev, Junior Levefre, Alex Biamonti, Raphael Vasquez, Alex Dubo, Christope Pinna, dll. Amati di video, praktekkan, tanya ke sensei di dojo, cari latih tanding, cari video2, dan juga latihan di mana banyak atlet kumite yg langganan juara (suasana kita akan terbawa dengan mereka)..terimakasih
BalasHapus@ Anonim30 Oktober 2013 18.28 = Mungkin ada sensei yang meminta itu. Kita pun (sebagai sabuk biru itu) tak masalah untuk kembali ke sabuk putih sampe sensei itu mengizinkan memakai sabuk biru lagi. Memang tidak ada aturan tertulis, tapi etika-nya, kita sendiri yang introspeksi. Sebab 1-2 tahun waktu yang lumayan lama kalo tanpa latihan sendiri.Tapi kalo pun memakai sabuk biru langsung juga tidak masalah, selama memang kita bisa mempertanggungjawabkan secara teknik. semoga membantu...
BalasHapusSalam Osh..... sy atlit komite sensei yang menjadi masalah di pertandingan baru baru ini saya ikuti kok ada tanda tanya yang menjadi fikiran sampai sekarang. Apakah boleh dlm satu pertandingan yang menjadi wasit atau juri tesebut adalah orang tuanya atau kakak dari salah satu atlit yg sedang bertanding ? mohon penjelasan sensei sebelumnya saya ucapkan terima kasih.
BalasHapusDalam aturan WKF dan FORKI dalam suatu pertandingan di mana wasit/ juri yang berasal dari negara/ kontingen/ wilayah yang sama dengan atlet yang bertanding TIDAK BOLEH me-WASIT-i dan men-JURI-i..
HapusUntuk kasus orang tua atau kakak atau saudara dari atlet tersebut secara etika tidak boleh. Namun dikembalikan juga pada juri/ wasit yang bersangkutan. Apabila itu ada dalam event resmi maka seharusnya DEWAN WASIT yang harus mengatur secara tegas, dan juga kerelaan dari WASIT/ JURI yang bersangkutan untuk tidak bertugas pada saat anak atau saudara nya sedang bermain...
osh..maaf sebelumnya disini saya mau bertanya,kenapa teknik pukulan sering digunakan dibandingkan tendangan dan bantingan pada saat kumite?berikan alasannya?terima kasih
BalasHapus@Anonim terima kasih.
HapusMengapa jarang digunakan?
Pertama, karena kumite karate menekankan pada teknik yang menghasilkan poin.
Selain karena dibatasi waktu, juga teknik harus efektif.
Kedua, karena kumite karate secara nama menekankan pada penggunaan - te (tangan) dan secara filosofi maupun teknis yang diciptakan para master karate adalah gerakan serangan tangan dan kaki, jarang bantingan.
Ketiga, karena penggunaan bantingan dalam kumite karate cenderung menghasilkan efek yang membahayakan. Tidak seperti judo atau jiujitsu yang memang khas kuncian.
Keempat, karena kalau tendangan banyak berefek fatal. Misal maegeri di WKF hampir jarang dipakai dalam pertadingan olahraga karate. Karena bisa berefek merusak badan lawan.
Kelima, karena kumite karate berteknik light touch (sentuhan ringan). Kalau tendangan jarang sentuhan ringan, malah bisa berefek fatal. Pun demikian dengan bantingan yang di dojo saja jarang kita latih.
Semoga jadi bahan diskusi.
Osh sensei...salam kenal dan salam hormat sebelumnya,sekedar ingin bertukar pikiran saja,saat remaja saya belajar karate walaupun hanya sampai tingkatan aiobi. Alhamdulillah setelah menikah dan mempunyai anak, anak saya yg pertama juga rupanya tertarik juga dengan karate dan mulai menekuni karate sekarang naik sabuk hijau. Usianya baru 6,5 tahun duduk dkelas 1 SD. yang saya mau tanyakan bagaimana cara agar anak saya ini tidak mengalami kejenuhan dan tetap semangat dalam berlatih, karna saya sadar diusianya saat ini masih dalam lingkungan bermain dengan suasana mood yg naik turun.mohon petunjuk sensei, trimakasih
BalasHapusOsu.
HapusOlahraga beladiri memang lebih baik dimulai dari usia dini. Tapi, tantangannya adalah secara psikis mood anak bisa naik turun. Untuk itu, orang tua jangan terlalu memaksakan anak untuk latihan secara penuh dalam seminggu. Cukup 1-2 kali saja. Itu pun jangan diarahkan untuk prestasi dulu. Cukup refreshing aja. Kalaupun dia moodnya buruk, tidak mau latihan, jangan dipaksa. Biarkan saja. Tapi kalau moodnya lumayan lama, cukup diingatkan saja.
Tantangan seperti ini memang seharusnya didorong suasana latihan yang berisikan permainan, materi yang variatif, peralatan yang menarik secara visual, dll. Demikian. Osu