Dalam sebuah pertandingan versi WKF (World Karate Federation), setiap peserta diharapkan untuk menampilkan Kata wajib (shitei) dan Kata bebas (tokui) berdasarkan aliran yang disetujui oleh WKF yaitu Shotokan, Shito Ryu, Wado Ryu, dan Goju Ryu dengan kriteria yang tetap. Dalam bermain Kata, dibagi menjadi dua sistem pertandingan yaitu kategori perorangan dan kategori beregu yang terbagi dalam beberapa kelas dan gender. Dalam beregu terdapat tiga orang karateka yang menjadi kontestan selama pertandingan berjalan.
Dalam Kata shitei, tidak boleh ada variasi yang dilakukan, tidak boleh ada pengurangan sedikitpun gerakan yang dilakukan peserta. Kecuali memang organisasi tersebut berafiliasi pada organisasi internasional tertentu dengan ciri khas masing, misal yang berafiliasi ke JKA (Japan Karate Association) atau ke SKIF (Shotokan Karatedo International Federation). Ini bisa kita lihat ada beberapa perbedaan persepsi di gerakan-gerakan Kata shitei, terutama dalam Kata dasar, meski tidak terlalu banyak menyolok.
Dalam pertandingan Kata, pemahaman terhadap prinsip tradisional jelas menjadi acuan utama. Juri akan melihat peserta melalui penilaian pada:
- Satu demontrasi yang sebenarnya dari Kata;
- Pemahaman dari teknik yang digunakan (bunkai);
- Ketepatan waktu, ritme, kecepatan, keseimbangan, dan fokus kekuatan (kime);
- Pernafasan yang baik dan benar sebagai penolong dalam hal kime;
- Fokus perhatian yang benar (chakugan) dan konsentrasi;
- Kuda-kuda yang benar (dachi) dengan penekanan pada kaki yang benar dan telapak kaki datar pada lantai;
- Penekanan yang baik pada perut (hara) dan tidak ada gerak ke atas atau ke bawah dari pinggul ketika bergerak;
- Bentuk yang benar (kihon) dari gaya yang ditampilkan;
- Penampilan harus juga dievaluasi dengan maksud untuk melihat hal-hal lainnya. Sebagaimana tingkat kesulitan dari Kata yang ditampilkan;
- Dalam Kata beregu sinkronisasi tanpa aba-aba eksternal adalah merupakan nilai lebih.
Selain itu, kontestan yang melakukan variasi pada shitei Kata akan didiskualifikasi. Kontestan yang berhenti ketika pada saat sedang melakukan Kata dan atau ketika tidak sama dengan Kata yang diumumkan ketika dimainkan juga yang tercatat dalam table score, akan didiskualifikasi. Kemudian, kontestan yang menampilkan Kata yang tidak diizinkan atau mengulangi Kata juga akan didiskualifikasi.(Sumber: Peraturan Pertandingan Karate yang diterbitkan oleh Dewan Wasit PB FORKI Versi 1 Januari 2009).
Dasar-dasar penilaian lainnya adalah ketika seorang peserta atau beregu memulai dari satu titik tertentu, maka ketika kembali persis ke dalam titik semula (embusen atau enbusen) maka itu bisa dijadikan nilai lebih oleh wasit dan juri. Penulis, dalam beberapa kesempatan pernah menyaksikan video Kata versi WKF dan juga Kata yang memang tidak menginduk pada WKF, dan ternyata persepsi ini berbeda. Setelah menelusuri beberapa data terkait hal ini, ternyata memang Kata pada awalnya merupakan rangkaian yang ‘tidak memperhatikan titik ini (embusen)’. Dalam versi Kata di Okinawa dengan beberapa -ryu yang ada, ketika seseorang memainkan Kata, titik awal tidaklah sama dengan titik akhir di mana Kata itu berada.
Perubahan itu kemudian menjadi ketetapan penting dalam memainkan Kata, baik dalam organisasi yang bertaraf internasional dan juga organisasi level nasional yang mengikuti gaya tertentu. Signifikansinya perubahan itu untuk mendukung format pertandingan baik yang diselenggarakan oleh WKF ataupun oleh ITKF. Dalam beberapa kesempatan penulis pernah menyaksikan kejuaraan langsung yang berada dalam induk organisasi FORKI dan FKTI.
Penulis memang tidak tahu persis detail peraturan mengenai pertandingan yang diselenggarakan FKTI, namun dilihat dari praksis gerakan, titik awal dan akhir menjadi poin penilaian seperti dalam format FORKI. Bahwa kemudian WKF dan juga beberapa organisasi internasional mengadopsi perubahan itu, itu adalah pilihan. Sebagaimana pilihan Shihan Masatoshhi Nakayama untuk mengadakan pertandingan karate, dan memilih berbeda dengan gurunya, Master Gichin Funakoshi.
Sebagai penambah pengetahuan, ada juga yang masih mempraktekkan permainan Kata sebagaimana dari awalnya terbentuk. Ini terjadi di beberapa kejuaraan non-WKF atau ITKF seperti organisasi karate di Okinawa. Versi yang ditetapkan oleh WKF, versi yang diinginkan oleh ITKF, atau versi lain dalam organisasi karate bukanlah suatu hal yang salah.
Bagi kita sebagai praktisi karate, bukan jalannya lagi yang lain harus seperti kita, justru yang lain harus kita hormati. Tidak lantas pula yang tidak sepaham hilang –Do nya, dari karate-do menjadi hanya sekedar karate, tanpa –Do. Justru –Do adalah jalan, alat, fasilitas. Sebab tujuannya adalah memanusiakan manusia, di-wongke (di-manusiakan), dan mengawal nilai kebaikan dalam relasi vertikal (dengan Tuhan) dan relasi horizontal (dengan sesama manusia dan alam) supaya berjalan dalam koridor kebajikan yang dilaksanakan dari sisi perspektif karate-do.
Kriteria Kata ini hanya versi WKF. Apapun versi yang kita yakini benar, lakukan tanpa pernah kehilangan karakter. Nilai seorang bushi-do diawali oleh Gi, Integritas. Sederhananya, Integritas itu apa yang kita yakini benar lakukan dengan hati yang tulus, pikiran yang lurus, dan tindakan yang sama antara mulut, pikiran, dan juga hati. Entah siapapun dengan latar belakang organisasi apapun, itu akan menjadi lebih indah tanpa saling menyakiti. Karakter yang berintegritas inilah yang kemudian menjadi Meiyo, Nama Baik, Kemuliaan kita di hadapan yang lain.
*Rjpntr
ini sangat baik biasa dijadikan referensi dalam pembelajaran dalam hal ini penilaian katak baik perorangan maupun beregu
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung ke blog KINDO | KARATEDO INDONESIA.
HapusOneigoshimasu.. salam kenal dari saya Ario Keling GOJUKAI IKGA.. terimakasih telah menambahkan info tentang penilaian kecakapan seorang karateka.. semoga selalu bermanfaat buat semua..
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung ke blog KINDO | KARATEDO INDONESIA
Hapus